KompasMuda | Nov 26, 2016 Kelompok Sick as Monk asal Kota Bogor memeriahkan acara pentas seni atau pensi Utopia Festival yang diadakan SMA Regina Pacis Bogor di kompleks Tennis Indoor, Bogor Lakeside, Sabtu (19/11). Acara pensi semacam ini bisa jadi ajang mencari pendengar bagi band baru. Kompas/Herlambang Jaluardi Pentas seni di sekolah atau kampus tak bisa lepas dari sajian musik. Ajang ini bisa jadi pijakan awal perjalanan karier sebuah band. Setelah tenar, sebagian dari band itu tetap rajin main di depan anak sekolahan yang haus hiburan. Naif adalah salah satunya. Naif mengajak seribuan penonton melakukan aksi yang sedang heboh di jagat media sosial saat ini: mannequin challenge. Aksi membisu bak manekin itu baru pertama kali mereka lakukan, dan pentas yang beruntung jadi tuan rumah adalah Utopia Fest, acara pensi tahunan besutan SMA Regina Pacis, Bogor, Sabtu (19/11) lalu. ”Oke, biar kekinian, kita bikin mannequin challenge yuk. Belum ada, kan, band yang begini di panggung,” ajak David di sela-sela lagu ”Aku Rela”. Seribuan penonton, rata-rata usia SMA, bersorak kegirangan. Mereka beringsut mendekati panggung, keluar dari naungan atap lapangan tenis, membiarkan kepala mereka tertimpa sisa gerimis. David kasih aba-aba supaya gerakan bisa berhenti serentak. Bukan cuma kepada penonton, tetapi juga kepada Emil (bas), Pepeng (drum), dan Jarwo (gitar). Ketika aba-abanya tiba, gerakan mereka membeku. Jejeritan berhenti. Arena panggung mendadak senyap. Namun, enggak sampai semenit, kemeriahan pecah lagi. Naif adalah salah satu band yang tampil di Utopia Fest di arena Tenis Indoor, Bogor Lakeside. Setelah penampilan segar dari om-om asal Jakarta itu, Maliq & D’Essentials menggoyang hadirin dengan lagu pop yang bernuansa jazz dan soul. Acara itu lantas ditutup dengan racikan musik elektronik DJ (disc jockey) Tiara Eve. Utopia Fest dimulai sejak siang. Sebelum Naif, beberapa band sekolahan di Bogor bergantian tampil, seperti Irridium, Elucidator Project, Chemistree, dan Hipster Flamingos. Beberapa band itu memainkan musik serupa dengan Maliq & D’essentials; musik yang menyenangkan dan bisa dibuat goyang. Ada juga aksi kelompok Sick as Monk yang beranggota tiga DJ dan band Storylite yang memainkan lagu beken, seperti ”Closer” milik duo DJ The Chainsmokers. Pemain gitar Fajar Endra Taruna alias Jarwo tampil bersama bandnya, Naif, dalam pentas seni Utopia Festival garapan SMA Regina Pacis Bogor di kompleks Tennis Indoor, Bogor Lakeside, Sabtu (19/11). Band asal Jakarta ini adalah salah satu band yang kerap tampil di acara pensi pelajar dan mahasiswa. Mereka bertahan karena berhasil menciptakan rentang pendengar yang lebar, mulai dari pelajar hingga karyawan. Naif terbentuk tahun 1995 dan bersiap meluncurkan album ketujuh. Kompas/Herlambang Jaluardi Teori Jimi Sepertinya, acara pensi hampir selalu diwarnai musik yang cenderung ceria dan mengajak goyang. ”Anak-anak sekolah suka dengan musik yang bisa membuat mereka berjoget karena energi mereka besar, dan mereka belum boleh masuk diskotek. Makanya, band disko atau disc jockey laris diundang di pensi,” kata Jimi Multhazam, pentolan band The Upstairs. Pada pertengahan dekade 2000-an, The Upstairs adalah band disko/new wave yang laris jadi bintang tamu pensi. Tak cuma di Jakarta, mereka juga main di acara sekolahan sampai kota Jambi dan Makassar. Saking larisnya, mereka pernah main di empat acara dalam satu hari di sekitar Jabodetabek. The Upstairs, si raja pensi ini, sangat dicintai anak sekolahan. Mereka punya lagu ”Dansa Akhir Pekan” di album kedua Energy (2006). Lagu itu menceritakan perjuangan anak sekolah demi bisa menonton pensi yang umumnya hari Sabtu atau Minggu. Begini cukilan liriknya: enam hari berseragam/rambutku tlah mereka hancurkan/menyita ragam cerita, jelas sekali ku diredam//. Menurut Jimi, karakter penonton pensi dengan penonton festival musik, semisal Synchronize Fest atau Java Jazz, berbeda. Penonton pensi umumnya bakal tertarik dengan siapa pun penampilnya selama punya aksi dan tata panggung yang memikat. Makanya, sebagai vokalis, ia punya tugas memaku perhatian penonton pada panggung. Teori Jimi masuk akal. Band Naif dan Maliq & D’Essenstials juga punya aksi panggung yang memukau. Angga dari Maliq punya goyangan badan aduhai dalam mengikuti irama. David dari Naif punya banyolan dan gestur yang mengundang tawa. Jarwo, pemain gitar yang kalem, sering beraksi mengangkat kepala gitar ke udara di bagian solo, seperti Slash. Band lebih tua Bisa jadi penampilan sedemikian membuat Naif rajin diundang menyemarakkan pensi sekolahan. Padahal, usia band yang kini memasuki 21 tahun lebih tua dibandingkan rata-rata penonton sekolahan. Lagu ”Piknik ’72”, yang menjadi lagu pembuka malam itu, bisa jadi sama umurnya dengan kebanyakan penonton Utopia Fest. Lagu itu keluar di album perdana Naif, 18 tahun lalu. Penonton hafal juga lagu ”Posesif” yang masuk di album kedua Jangan Terlalu Naif (2000) memunculkan koor panjang ”mengapaaaaa aku beginiiii….” David berulang kali menyodorkan mik ke arah penonton, yakin penonton bakal ikut nyanyi. Dugaan David benar. ”Kami juga bingung, kenapa sering banget main di pensi sekolahan. Jangankan SMA, SMP juga ada yang ngundang,” kata Emil, pemain bas. Ia cerita, dulu di tahun-tahun awal Naif sering main di acara komunitas indie. ”Yang nonton banyak anak SMA juga,” ujarnya. Karena itu, mereka mulai sering main di acara kampus dan menyusul di sekolahan hingga sekarang. Jika melihat jadwal manggung mereka dalam rentang dua pekan, pasti menyelip satu atau lebih pentas di sekolahan atau kampus. Emil terkenang, Naif pernah main di sebuah SMA di Makassar pada masa awal mereka terbentuk. Sekitar setahun lalu, mereka diundang lagi ke sekolah itu. Ternyata, salah seorang panitianya adalah anak dari panitia yang dulu. Beberapa sekolah di Jakarta menjadi langganan panggung Naif. ”Kayaknya smansa (SMA negeri satu) di semua provinsi di Indonesia udah pernah didatengin, deh, ha-ha-ha,” kata Emil, yang sekarang sering dipanggil ”Om” oleh panitia pensi sekolah ini. Emil senang main di acara sekolahan yang panitianya murid sendiri. Menurut dia, para panitia bekerja bukan dilandasi motif bisnis, melainkan benar-benar ingin mengharumkan nama sekolah. Makanya, ada beberapa persyaratan band (riders) yang bisa ditawar, misalnya urusan penginapan. ”Pernah juga kami sudah datang di lokasi, ternyata badai. (Kami) enggak bisa manggung. Mereka kecewa. Kami tawarkan acara berikutnya boleh manggil Naif lagi enggak usah bayar penuh, cukup untuk crew aja,” kata Emil. The Upstairs juga punya pengalaman seru main di acara pensi yang enggak ada sponsor. Bayaran band diambil dari penjualan tiket. ”Jadi, uang bayarannya pakai recehan, lima ribuan, sepuluh ribuan. Itu juga masih kurang beberapa juta. Mereka ngumpulin ponsel panitia sebagai jaminan. Ada empat kresek isi ponsel kami bawa. Gue terharu,” kata Jimi. Herlambang Jaluardi (dikutip dari KompasMuDA, 25 November 2016)
Live In 2016 SMA Regina Pacis Bogor mengadakan program Live In yang sudah berjalan dari tahun ke tahun. Live In merupakan salah satu kegiatan edukasi yang bertujuan untuk membangun karakter para peserta didiknya melalui kehidupan sosial di desa. Untuk SMA Regina Pacis Bogor, Live In diikuti oleh siswa kelas 11 selama kurang lebih seminggu. Kegiatan Live In pada tahun ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya karena untuk pertama kalinya sekolah memilih Wonosari, Jawa Tengah untuk menjadi tempat Live In tahun ini. Berikut ini kami berikan tata tertib Live In tahun 2016. TATA TERTIB PESERTA LIVE IN SMA REGINA PACIS BOGOR 2016 Acara Live In bersifat wajib dan setiap siswa mengikuti seluruh kegiatan Live In secara utuh, serta menaati peraturan yang diberlakukan. (kecuali dalam keadaan sungguh sakit) Berpakaian, bertutur kata dan berperilaku yang sepantasnya dan memiliki sopan santun. Menjaga kesehatan, keselamatan, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Selalu berada bersama rombongan, dan disiplin waktu untuk berkumpul kembali, terutama selama perjalanan, dan di tempat umum atau dikerumunan massa. Menjaga barang-barang berharga secara pribadi dan saling menjaga satu sama lainnya. Hanya mengikuti acara yang diagendakan sekolah selama proses Live In: keberangkatan, di tempat Live In dan kepulangan. Jika terjadi masalah harus segera melaporkan dan konsultasi dengan guru pendamping, fasilitator dan orang yang dapat dipercayai lainnya. Jika terdapat ketidaknyaman mengenai kamar kecil bisa menumpang di tempat tinggal teman terdekat. Dilarang bermain berlama-lama, apalagi bermalam di rumah tinggal teman, baik selingkungan, atau di lain lingkungan. Setiap peserta Live In, Guru pendamping, dan fasilitator, belajar menerima situasi dan kondisi lokasi Live In. Dilarang mengendarai kendaraan bermotor di lokasi Live In, semata-mata demi menjaga keselamatan. Menjaga rasa kebersamaan, persatuan dan persaudaraan, baik terhadap sesama peserta Live In, guru pendamping, fasilitator, dan masyarakat setempat. Wajib mengikuti acara kegiatan bersama yang diagendakan oleh sekolah dan fasilitator, maupun masyarakat. Tiap peserta Live In yang tidak mengikuti proses perjalanan pulang ke Bogor, harus membuat surat yang ditandatangani Orang Tua/Wali Murid, dengan keterangan yang jelas, dan diserahkan kepada Ketua Panitia Live In 2016. Siswa petugas presensi penumpang Bus harus selalu checking kelengkapan keanggotaannya. Memimpin Doa menjelang keberangkatan dan kepulangan pada setiap bus menjadi tugas siswa yang ditunjuk oleh Panitia Guru Siswa petugas konsumsi yang ditunjuk mengambil, membagikan makanan dan minuman, bagi seluruh penumpang per Bus. Suswa yang diberikan tugas P3K dapat melayani teman-teman di setiap Bus, yang sedang mengalami sakit, dalam pendampingan guru. Handphone selama proses Live In berlangsung akan dikumpulkan kepada Guru pendamping lingkungan, dan akan dibagikan kembali pada malam terakhir perpisahan. Kamera dan alat elektronik lainnya menjadi tanggung jawab secara pribadi. Dilarang keras merokok, membawa dan minum minuman keras, narkoba, pergaulan bebas, dan segala bentuk pencemaran nama baik sekolah, keluarga, di seluruh proses Live In. Merefleksikan nilai-nilai yang berharga untuk kehidupan baik secara pribadi, maupun bagi sesama, dan lingkungan hidup secara utuh, yang didapatkan melalui kegiatan Live In. Peraturan diatas dibuat agar sekiranya seluruh peserta Live In dapat mengikuti proses kegiatan tersebut dengan baik sehingga tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi selama proses kegiatan Live In tahun 2016. Nantinya apabila terdapat peserta Live In yang melanggar maka akan diberikan sanksi dari pihak sekolah. Peserta Live In akan dibagi dalam 7 bus untuk keberangkatan menuju ke Wonosari, Jawa Tengah. Dari setiap bis itu akan dibagi kedalam beberapa lingkungan di desa yang berbeda. Setiap desa dan lingkungan memiliki guru pendamping yang ikut tinggal bersama dengan mereka, membantu dan mengikuti pula prosesi Live In kami. Apabila memerlukan bantuan selama berlangsungnya Live In dapat menghubungi guru pendamping atau fasilitator. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 13 Desember 2016, nantinya para peserta akan diberangkatkan dari Lapangan Parkir SD Regina Pacis pada pukul 12:00. Para peserta diharapkan sudah berkumpul pada pukul 11:00 untuk absensi dan akan didata barang bawaan, oleh-oleh dari Bogor, dll agar tidak terjadi kehilangan barang bawaan atau peralatan lainnya yang dibawa selama Live In. Apabila siswa sudah standby sebelumnya, dapat menunggu di kelas masing-masing. Beberapa barang yang perlu dibawa: Pakaian dan celana selutut secukupnya Sarung Perlengkapan mandi Obat-obatan pribadi Baju hangat dan jas hujan Senter ATK Topi/payung lipat Sendal jepit Sepatu 2 buku cerita Berikut ini akan kami berikan pula daftar peserta Live In dalam setiap bus. (klik kanan/tahan gambar > open image in new tab) Bus 1 Bus 2 Bus 3 Bus 4 Bus 5 Bus 6 Bus 7 Semoga kegiatan Live In tahun 2016 dapat berjalan dengan lancar! Nantikan kabar kami tentang Live In berikutnya dan pantau terus website kami ya!
BELAJAR DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN Belajar dan beredukasi bukan sekedar mempertajam kinerja otak kanan dan kiri, namun perlu juga program pembelajaran yang melatih kepekaan rasa sosial seseorang.Oleh karena kebutuhan ini, SMA Regina Pacis Bogormengadakan program Live In yang sudah berjalan dari tahun ke tahun.Live In merupakan salah satu kegiatan edukasi yang bertujuan untuk membangun karakter para peserta didiknya melalui kehidupan sosial di desa. Untuk SMA Regina Pacis Bogor, Live In diikuti oleh siswa kelas 11 selama kurang lebih seminggu. Seperti sudah menjadi langganan, SMA Regina Pacis Bogor memilih wilayah di Magelang, Jawa Tengah. Desa yang menjadi pilihan untuk diselenggarakannya Live In kali ini yaitu Lor Senowo, Ngargomulyo, dan Sumber.Letaknya di lereng Gunung Merapi. Perjalanan dari Bogor menuju Magelang dimulai pada Minggu siang (13/12) dan tiba pada Senin pagi (14/12). Perjalanan darat yang ditempuh kurang lebih tujuh belas jam. Kami tiba dengan selamat walaupun kemacetan dibeberapa titik tetap tak bisa dihindari. Setelah sampai di daerah Magelang, tiap-tiap bus mulai terpencar menuju desa masing-masing. Di sinilah proses edukasi seluruhnya dimulai. Sesampainya di desa masing-masing, kami beserta para guru langsung disambut hangat oleh tim edukasi setempat. Namun ada hal yang unik yang terjadi di daerah Lor Senowo. Tak hanya disambut oleh tim edukasi, kami juga disambut oleh ritual adat setempat. Sebelum masuk ke gereja, siswa yang berada di daerah Lor Senowo diminta untuk membasuh muka dengan menggunakan mata air di desa itu, lalu masuk gereja dengan diiringi lonceng, dilanjut pendupaan dan juga tabur bunga, serta diberi kalung berupa daun kelapa kering yang harus tetap digunakan sampai kami tiba di rumah orang tua asuh atau yang lebih dikenal dengan sebutan host parents. Tak lupa kami menyerahkan bingkisan yang telah kami kumpulkan dari jauh-jauh hari seperti alat tulis, buku bacaan, baju layak pakai dan juga sembako. Mereka pun menerimanya dengan senang hati. Acara penyambutan selesai, dan kami diantar ke lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal kami selama kurang lebih lima hari. Sesampainya disitu, kami diminta untuk mencari sendiri tempat tinggal orang tua asuh kami.Berbekal kamus kecil bahasa Jawa yang terdapat di bagian belakang buku panduan serta kemampuan komunikasi minim yang dimiliki, kami mulai mencari rumah orang tua asuh dengan bertanya pada warga sekitar. Sesudah tiba di rumah masing-masing, kami mulai mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan di keluarga asuh. Seperti pergi ke sawah untuk menanam dan memanen padi ataupun ke kebun untuk menanam dan memanen berbagai macam sayuran antara lain cabai, kembang kol, tomat, terong dan sebagainya. Tak hanya mengikuti rutinitas keluarga, tapi kami pun juga mengikuti berbagai kegiatan yang telah disiapkan oleh tim ETM atau tim edukasi seperti jelajah alam, jelajah pangan, home industry, dan juga pentas seni. Jelajah Alam merupakan kegiatan edukasi berbasis alam yang sumber pembelajarannya dapat diambil dari hasil bumi di desa-desa tersebut.Dalam kegiatan alam ini, kita dapat menikmati keindahan gunung-gunung yang mengelilingi desa yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Sumbi.Kami juga merasakan sejuknya air sungai yang masih tampak jernih.Selanjutnya, kami diajak mempelajari keadaan desa kala itu. Ternyata, kotoran ternak dapat dimanfaatkan maksimal disana. Kotoran ternak diolah sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat menjadi pupuk dan juga gas yang berguna bagi masyarakat sekitar. Diakhir kegiatan, selepas menjelajah sungai, kami dikumpulkan menjadi satu wilayah, di suatu tempat dalam hutan untuk mencicipi nasi doa. Nasi doa merupakan nasi gurih yang rasanya mirip seperti nasi uduk, yang di dalamnya diisi dengan tumis daun singkong dan juga telur dadar dan dibungkus dengan daun pisang. Acara makan ini sederhana namun terasa sangat nikmat karena dinikmati bersama teman-teman. Berbeda tempat beda juga pengalaman yang dirasakan di masing-masing daerah. Di daerah Lor Senowo dan Sumber kami mengolah makanan dari ketela untuk dijadikan makanan tradisional yang bernama misro. Misro merupakan singkong atau ketela yang sebelumnya telah dihancurkan lalu didalamnya diberi gula merah dan di goreng.Makanan itu kemudian kami bawa pada saat sharing lingkungan untuk dinikmati bersama.Lain halnya dengan daerah Ngargomulyo.Pada saat kegiatan home industry, kami tidak membuat makanan.Namun kami membuat sebuah kerajinan tangan yaitu kipas. Kipas ini dibuat dengan cara dianyam dengan bahan dasar bambu. Dalam pembuatannya dibutuhkan kesabaran yang ekstra, karena tingkat kerumitannya yang cukup tinggi. Kesabaran itulah yang nantinya akan menghasilkan nilai jual bagi kipas tersebut. Atau lebih mudahnya, kipas anyam ini sering kita jumpai pada pedagang sate. Yang lebih menarik adalah kegiatan jelajah pangan.Jelajah pangan adalah kegiatan yang berhubungan dengan segala macam bahan pangan.Mulai dari penanamannya sampai pada panennya. Di daerah Sumber, kami diajarkan cara menanam padi. Di daerah Ngargomulyo khususnya dusun Gemer, ada sebuah tempat yang unik namanya ‘Sekolah Sawah’.Sekolah Sawah merupakan satu-satunya sekolah yang mengajarkan siswanya untuk bertani, karena sekolah inilah maka dusun Gemer disebut sebagai dusun yang paling edukatif.Jelajah Pangan dilakukan di Sekolah Sawah tersebut. Kegiatan ini diawali dengan pengambilan kotoran sapi dari kandang yang nantinya akan digunakan sebagai pupuk untuk menanam sayuran. Sayuran yang kami tanam saat itu adalah kangkung.Dalam penanamannya, dibutuhkan teknik dan tidak boleh sembarangan agar dapat dihasilkan sayuran yang baik.Kegiatan jelajah pangan sangat bermanfaat, namun sayangnya di daerah Lor Senowo tidak diadakan. Sebagai gantinya, daerah Lor Senowo melakukan kegiatan yang tidak dilakukan oleh daerah lainnya.Dengan kemampuan yang dimiliki, kami memberikan pengajaran bahasa asing yakni bahasa inggris kepada anak-anak di daerah itu.Tak hanya daerah Lor Senowo, daerah Ngargomulyo pun memiliki kegiatan yang unik. Yaitu Jimpitan. Jimpitan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara mendatangi rumah warga untuk meminta recehan sebagai bentuk sumbangan bagi gereja. Kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan di Ngargomulyo karena sudah dilakukan kurang lebih sepuluh tahun dan biasanya dilakukan oleh anak kecil.Tak ingin kalah dari daerah Lor Senowo dan Ngargomulyo, daerah Sumber memiliki kegiatan sendiri. Kami bermain dan belajar bersama anak-anak di daerah itu salah satunya lewat dongeng dan games yang ada hubungannya dengan pelajaran matematika. Daerah Berut yang merupakan bagian dari wilayah Sumber memiliki cerita tersendiri yang tergolong mistis dan tidak dimilik daerah lain. Di daerah tersebut, ada seorang gadis yang konon katanya merupakan putri dari Nyai Roro Kidul yang dititipkan pada salah seorang warga. Gadis ini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dan pada suatu hari ia ingin menikah dengan seorang pangeran merapi. Ia telah pergi ke beberapa orang pintar untuk menikahkan dia dengan sang pangeran, namun tak ada seorang pun yang dapat menikahkan merka karena perbedaan alam. akhirnya sang gadis bertemu dengan seorang kakek yang dapat menikahkan dia dengan sang pangeran dengan syarat bahwa pangeran tersebut harus menjaga keselamatan warga di sekitar gunung merapi. Sebelum pernikahan berlangsung, gadis ini membagikan sembago kepada warga sekitar serta membangun sebuah candi yang terdapat ukiran tentang kisah cintanya bersama pangeran.Pernikahan pun berlangsung selama 7 hari 7 malam. Sebagi puncak dari kegiatan-kegiatan yang telah diceritakan, ada satu kegiatan yang menjadi kegiatan penutup, yaitu pentas seni. Pentas seni diadakan pada hari Kamis malam(17/12). Dalam kegiatan itu diadakan acara pelepasan atau penyerahan para siswa, dari tim edukasi kepada pihak sekolah. Tak hanya itu, kami menampilkan berbagai atraksi seperti menyanyi, menari, drama bahkan sulap.Malam itu menjadi malam terakhir kami beristirahat di desa-desa itu. Pagi harinya, Jumat (18/12) sekitar pukul 07.30 kami mulai berpamitan dengan orang tua asuh kami.Tak sedikit dari kami yang merasa sedih bahkan menitikkan air mata kala berpamitan. Selama seminggu kami telah tinggal disana, berbaur dan menjadi bagian dari keluarga mereka dan rasanya berat untuk berpisah. Namun mau tidak mau, suka tidak suka, bus kami harus berangkat pada pukul 08.00 agar sampai di Bogor kembali sesuai dengan jadwal. Live in ini menjadi pengalaman yang sungguh tak terlupakan. Dari Live In, kami tak hanya belajar tentang kesederhanaan tapi kami juga menghargai pentingnya sebuah proses untuk menghasilkan sesuatu yang nantinya akan berguna tak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi anak cucu kami kelak. Dari Live In banyak ajaran yang kami dapat, yang tidak dapat kami penuhi di kota. Karenanya tak heran bila desa yang selamalima hari menjadi rumah kami adalah “Universitas Kehidupan” (Anggi)
SMA REGINA PACIS YPROJECT Question Everything. Disetiap acara yang spesial, dibutuhkan penutupan yang spesial dan out of the box. Termasuk acara pensi kita, yaitu Y-Project yang closing-nya berhasil dilaksanakan pada sabtu, 8 November 2015. Selain hiburan, banyak juga stand-stand yang akan kalian jumpai pada closing pensi kita kali ini. Antara lain, stand makanan, merchandise, bahkan tarot reading dari Light Givers. Selain stand, di dalam gedung juga terdapat photo booth dan juga art gallery yang memajang foto-foto pas hasil pensi tahun lalu, yaitu EXPLOSION. Closing Y-Pro ini diawali dengan open gate pada pukul 12.00 yang dilanjutkan dengan sambutan dari kepala sekolah dan ketua panitia. Beberapa band pun turur memeriahkan seperti, Five Percent, The Gans, dan Rush. Saat-saat yang juga ditunggu oleh peserta lomba adalah pengumuman pemenang lomba Y-Pro yang telah dilaksanakan pada 2 minggu sebelumnya. We are the Young Generation. Tibalah pada puncak Closing Y-Pro yang dimulai pada pukul 16.30. Yova Damora, Dj asal Bogor ini berhasil membuat sore yang diguyur hujan saat itu menjadi hacep. And for the master of Ceremony yang nggak kalah seru, Y-Pro kedatangan si kakak beradik yang eksis banget di YouTube dengan nama SkinnyIndonesian24, yaitu Jovial da Lopez dan Andovi da Lopez. Si ganteng Teza Sumendra yang tampil dengan energik juga turut meyemarakkan closing Y-Pro. Penyanyi yang ber-genre soul dan RnB ini membawakan lagu yang di-cover sesuai dengan gayanya. Diakhir lagu terakhirnya, Uptown Funk, ia turun ke bawah panggung dan bernyanyi lebih dekat penonton. Tak kalah dari Teza, si cantik Radhini juga tampil dengan genre jazz khas dirinya. Radhini menyanyikan sekitar tujuh buah lagu, salah satunya adalah Lean On dari Dj Major. And our special guest star is Yovie&Nuno! Ini dia group band yang pastinya sangat ditunggu oleh penonton. Tampil dengan sangat memukau, Yovie&Nuno membawakan beberapa lagu mereka yang terkenal seperti Bunga Jiwaku, Merindu Lagi, dan Janji Suci. Pada lagu Janji Suci, Yovie&Nuno menyanyikannya dengan cara berbeda. Dikta dan Windura yang merupakan vokalis, mengajak salah satu penonton perempuan ke atas panggung. Windura yang menyanyikan lagu Janji Suci, seraya menggenggam tangan si perempuan tadi yang sontak menimbulkan pekikan iri dari penonton. Tak hanya Windura, Dikta pun melakukan hal yang sama, dengan lagu yang berbeda, yang juga disusul riuh penonton yang semakin menjadi. Setelah bergalau ria bersama Yovie&Nuno saatnya bergoyang bersama Dipha Barus. Dj satu ini memulai aksinya dengan memutarkan lagu-lagu hasil remix-nya yang membuat semuanya ingin meloncat dan berteriak. Sayangnya waktu telah menunjukkan pukul 22.00 yang berarti acara harus segera berakhir. Penampilan terakhir Dipha Barus juga diperkeren dengan conveti, kembang api, dan juga asap yang mucul dari sisi depan panggung. It is such an honor. Acara yang diadakan di Tennis Court Indoor Lakeside ini berjalan sangat sukses berkat dukungan dari berbagai pihak. Terutama para penonton dan panitianya yang telah bekerja keras demi kelancaran acara ini. Walaupun sempat diguyur hujan, tak menyurutkan semangat para penonton untuk tetap menyaksikan pensi kita kali ini yaitu Y-Project! (dikutip dari majalah Expose! edisi 5)