Live In 2016 SMA Regina Pacis Bogor mengadakan program Live In yang sudah berjalan dari tahun ke tahun. Live In merupakan salah satu kegiatan edukasi yang bertujuan untuk membangun karakter para peserta didiknya melalui kehidupan sosial di desa. Untuk SMA Regina Pacis Bogor, Live In diikuti oleh siswa kelas 11 selama kurang lebih seminggu. Kegiatan Live In pada tahun ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya karena untuk pertama kalinya sekolah memilih Wonosari, Jawa Tengah untuk menjadi tempat Live In tahun ini. Berikut ini kami berikan tata tertib Live In tahun 2016. TATA TERTIB PESERTA LIVE IN SMA REGINA PACIS BOGOR 2016 Acara Live In bersifat wajib dan setiap siswa mengikuti seluruh kegiatan Live In secara utuh, serta menaati peraturan yang diberlakukan. (kecuali dalam keadaan sungguh sakit) Berpakaian, bertutur kata dan berperilaku yang sepantasnya dan memiliki sopan santun. Menjaga kesehatan, keselamatan, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Selalu berada bersama rombongan, dan disiplin waktu untuk berkumpul kembali, terutama selama perjalanan, dan di tempat umum atau dikerumunan massa. Menjaga barang-barang berharga secara pribadi dan saling menjaga satu sama lainnya. Hanya mengikuti acara yang diagendakan sekolah selama proses Live In: keberangkatan, di tempat Live In dan kepulangan. Jika terjadi masalah harus segera melaporkan dan konsultasi dengan guru pendamping, fasilitator dan orang yang dapat dipercayai lainnya. Jika terdapat ketidaknyaman mengenai kamar kecil bisa menumpang di tempat tinggal teman terdekat. Dilarang bermain berlama-lama, apalagi bermalam di rumah tinggal teman, baik selingkungan, atau di lain lingkungan. Setiap peserta Live In, Guru pendamping, dan fasilitator, belajar menerima situasi dan kondisi lokasi Live In. Dilarang mengendarai kendaraan bermotor di lokasi Live In, semata-mata demi menjaga keselamatan. Menjaga rasa kebersamaan, persatuan dan persaudaraan, baik terhadap sesama peserta Live In, guru pendamping, fasilitator, dan masyarakat setempat. Wajib mengikuti acara kegiatan bersama yang diagendakan oleh sekolah dan fasilitator, maupun masyarakat. Tiap peserta Live In yang tidak mengikuti proses perjalanan pulang ke Bogor, harus membuat surat yang ditandatangani Orang Tua/Wali Murid, dengan keterangan yang jelas, dan diserahkan kepada Ketua Panitia Live In 2016. Siswa petugas presensi penumpang Bus harus selalu checking kelengkapan keanggotaannya. Memimpin Doa menjelang keberangkatan dan kepulangan pada setiap bus menjadi tugas siswa yang ditunjuk oleh Panitia Guru Siswa petugas konsumsi yang ditunjuk mengambil, membagikan makanan dan minuman, bagi seluruh penumpang per Bus. Suswa yang diberikan tugas P3K dapat melayani teman-teman di setiap Bus, yang sedang mengalami sakit, dalam pendampingan guru. Handphone selama proses Live In berlangsung akan dikumpulkan kepada Guru pendamping lingkungan, dan akan dibagikan kembali pada malam terakhir perpisahan. Kamera dan alat elektronik lainnya menjadi tanggung jawab secara pribadi. Dilarang keras merokok, membawa dan minum minuman keras, narkoba, pergaulan bebas, dan segala bentuk pencemaran nama baik sekolah, keluarga, di seluruh proses Live In. Merefleksikan nilai-nilai yang berharga untuk kehidupan baik secara pribadi, maupun bagi sesama, dan lingkungan hidup secara utuh, yang didapatkan melalui kegiatan Live In. Peraturan diatas dibuat agar sekiranya seluruh peserta Live In dapat mengikuti proses kegiatan tersebut dengan baik sehingga tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi selama proses kegiatan Live In tahun 2016. Nantinya apabila terdapat peserta Live In yang melanggar maka akan diberikan sanksi dari pihak sekolah. Peserta Live In akan dibagi dalam 7 bus untuk keberangkatan menuju ke Wonosari, Jawa Tengah. Dari setiap bis itu akan dibagi kedalam beberapa lingkungan di desa yang berbeda. Setiap desa dan lingkungan memiliki guru pendamping yang ikut tinggal bersama dengan mereka, membantu dan mengikuti pula prosesi Live In kami. Apabila memerlukan bantuan selama berlangsungnya Live In dapat menghubungi guru pendamping atau fasilitator. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 13 Desember 2016, nantinya para peserta akan diberangkatkan dari Lapangan Parkir SD Regina Pacis pada pukul 12:00. Para peserta diharapkan sudah berkumpul pada pukul 11:00 untuk absensi dan akan didata barang bawaan, oleh-oleh dari Bogor, dll agar tidak terjadi kehilangan barang bawaan atau peralatan lainnya yang dibawa selama Live In. Apabila siswa sudah standby sebelumnya, dapat menunggu di kelas masing-masing. Beberapa barang yang perlu dibawa: Pakaian dan celana selutut secukupnya Sarung Perlengkapan mandi Obat-obatan pribadi Baju hangat dan jas hujan Senter ATK Topi/payung lipat Sendal jepit Sepatu 2 buku cerita Berikut ini akan kami berikan pula daftar peserta Live In dalam setiap bus. (klik kanan/tahan gambar > open image in new tab) Bus 1 Bus 2 Bus 3 Bus 4 Bus 5 Bus 6 Bus 7 Semoga kegiatan Live In tahun 2016 dapat berjalan dengan lancar! Nantikan kabar kami tentang Live In berikutnya dan pantau terus website kami ya!
BELAJAR DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN Belajar dan beredukasi bukan sekedar mempertajam kinerja otak kanan dan kiri, namun perlu juga program pembelajaran yang melatih kepekaan rasa sosial seseorang.Oleh karena kebutuhan ini, SMA Regina Pacis Bogormengadakan program Live In yang sudah berjalan dari tahun ke tahun.Live In merupakan salah satu kegiatan edukasi yang bertujuan untuk membangun karakter para peserta didiknya melalui kehidupan sosial di desa. Untuk SMA Regina Pacis Bogor, Live In diikuti oleh siswa kelas 11 selama kurang lebih seminggu. Seperti sudah menjadi langganan, SMA Regina Pacis Bogor memilih wilayah di Magelang, Jawa Tengah. Desa yang menjadi pilihan untuk diselenggarakannya Live In kali ini yaitu Lor Senowo, Ngargomulyo, dan Sumber.Letaknya di lereng Gunung Merapi. Perjalanan dari Bogor menuju Magelang dimulai pada Minggu siang (13/12) dan tiba pada Senin pagi (14/12). Perjalanan darat yang ditempuh kurang lebih tujuh belas jam. Kami tiba dengan selamat walaupun kemacetan dibeberapa titik tetap tak bisa dihindari. Setelah sampai di daerah Magelang, tiap-tiap bus mulai terpencar menuju desa masing-masing. Di sinilah proses edukasi seluruhnya dimulai. Sesampainya di desa masing-masing, kami beserta para guru langsung disambut hangat oleh tim edukasi setempat. Namun ada hal yang unik yang terjadi di daerah Lor Senowo. Tak hanya disambut oleh tim edukasi, kami juga disambut oleh ritual adat setempat. Sebelum masuk ke gereja, siswa yang berada di daerah Lor Senowo diminta untuk membasuh muka dengan menggunakan mata air di desa itu, lalu masuk gereja dengan diiringi lonceng, dilanjut pendupaan dan juga tabur bunga, serta diberi kalung berupa daun kelapa kering yang harus tetap digunakan sampai kami tiba di rumah orang tua asuh atau yang lebih dikenal dengan sebutan host parents. Tak lupa kami menyerahkan bingkisan yang telah kami kumpulkan dari jauh-jauh hari seperti alat tulis, buku bacaan, baju layak pakai dan juga sembako. Mereka pun menerimanya dengan senang hati. Acara penyambutan selesai, dan kami diantar ke lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal kami selama kurang lebih lima hari. Sesampainya disitu, kami diminta untuk mencari sendiri tempat tinggal orang tua asuh kami.Berbekal kamus kecil bahasa Jawa yang terdapat di bagian belakang buku panduan serta kemampuan komunikasi minim yang dimiliki, kami mulai mencari rumah orang tua asuh dengan bertanya pada warga sekitar. Sesudah tiba di rumah masing-masing, kami mulai mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan di keluarga asuh. Seperti pergi ke sawah untuk menanam dan memanen padi ataupun ke kebun untuk menanam dan memanen berbagai macam sayuran antara lain cabai, kembang kol, tomat, terong dan sebagainya. Tak hanya mengikuti rutinitas keluarga, tapi kami pun juga mengikuti berbagai kegiatan yang telah disiapkan oleh tim ETM atau tim edukasi seperti jelajah alam, jelajah pangan, home industry, dan juga pentas seni. Jelajah Alam merupakan kegiatan edukasi berbasis alam yang sumber pembelajarannya dapat diambil dari hasil bumi di desa-desa tersebut.Dalam kegiatan alam ini, kita dapat menikmati keindahan gunung-gunung yang mengelilingi desa yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Sumbi.Kami juga merasakan sejuknya air sungai yang masih tampak jernih.Selanjutnya, kami diajak mempelajari keadaan desa kala itu. Ternyata, kotoran ternak dapat dimanfaatkan maksimal disana. Kotoran ternak diolah sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat menjadi pupuk dan juga gas yang berguna bagi masyarakat sekitar. Diakhir kegiatan, selepas menjelajah sungai, kami dikumpulkan menjadi satu wilayah, di suatu tempat dalam hutan untuk mencicipi nasi doa. Nasi doa merupakan nasi gurih yang rasanya mirip seperti nasi uduk, yang di dalamnya diisi dengan tumis daun singkong dan juga telur dadar dan dibungkus dengan daun pisang. Acara makan ini sederhana namun terasa sangat nikmat karena dinikmati bersama teman-teman. Berbeda tempat beda juga pengalaman yang dirasakan di masing-masing daerah. Di daerah Lor Senowo dan Sumber kami mengolah makanan dari ketela untuk dijadikan makanan tradisional yang bernama misro. Misro merupakan singkong atau ketela yang sebelumnya telah dihancurkan lalu didalamnya diberi gula merah dan di goreng.Makanan itu kemudian kami bawa pada saat sharing lingkungan untuk dinikmati bersama.Lain halnya dengan daerah Ngargomulyo.Pada saat kegiatan home industry, kami tidak membuat makanan.Namun kami membuat sebuah kerajinan tangan yaitu kipas. Kipas ini dibuat dengan cara dianyam dengan bahan dasar bambu. Dalam pembuatannya dibutuhkan kesabaran yang ekstra, karena tingkat kerumitannya yang cukup tinggi. Kesabaran itulah yang nantinya akan menghasilkan nilai jual bagi kipas tersebut. Atau lebih mudahnya, kipas anyam ini sering kita jumpai pada pedagang sate. Yang lebih menarik adalah kegiatan jelajah pangan.Jelajah pangan adalah kegiatan yang berhubungan dengan segala macam bahan pangan.Mulai dari penanamannya sampai pada panennya. Di daerah Sumber, kami diajarkan cara menanam padi. Di daerah Ngargomulyo khususnya dusun Gemer, ada sebuah tempat yang unik namanya ‘Sekolah Sawah’.Sekolah Sawah merupakan satu-satunya sekolah yang mengajarkan siswanya untuk bertani, karena sekolah inilah maka dusun Gemer disebut sebagai dusun yang paling edukatif.Jelajah Pangan dilakukan di Sekolah Sawah tersebut. Kegiatan ini diawali dengan pengambilan kotoran sapi dari kandang yang nantinya akan digunakan sebagai pupuk untuk menanam sayuran. Sayuran yang kami tanam saat itu adalah kangkung.Dalam penanamannya, dibutuhkan teknik dan tidak boleh sembarangan agar dapat dihasilkan sayuran yang baik.Kegiatan jelajah pangan sangat bermanfaat, namun sayangnya di daerah Lor Senowo tidak diadakan. Sebagai gantinya, daerah Lor Senowo melakukan kegiatan yang tidak dilakukan oleh daerah lainnya.Dengan kemampuan yang dimiliki, kami memberikan pengajaran bahasa asing yakni bahasa inggris kepada anak-anak di daerah itu.Tak hanya daerah Lor Senowo, daerah Ngargomulyo pun memiliki kegiatan yang unik. Yaitu Jimpitan. Jimpitan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara mendatangi rumah warga untuk meminta recehan sebagai bentuk sumbangan bagi gereja. Kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan di Ngargomulyo karena sudah dilakukan kurang lebih sepuluh tahun dan biasanya dilakukan oleh anak kecil.Tak ingin kalah dari daerah Lor Senowo dan Ngargomulyo, daerah Sumber memiliki kegiatan sendiri. Kami bermain dan belajar bersama anak-anak di daerah itu salah satunya lewat dongeng dan games yang ada hubungannya dengan pelajaran matematika. Daerah Berut yang merupakan bagian dari wilayah Sumber memiliki cerita tersendiri yang tergolong mistis dan tidak dimilik daerah lain. Di daerah tersebut, ada seorang gadis yang konon katanya merupakan putri dari Nyai Roro Kidul yang dititipkan pada salah seorang warga. Gadis ini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dan pada suatu hari ia ingin menikah dengan seorang pangeran merapi. Ia telah pergi ke beberapa orang pintar untuk menikahkan dia dengan sang pangeran, namun tak ada seorang pun yang dapat menikahkan merka karena perbedaan alam. akhirnya sang gadis bertemu dengan seorang kakek yang dapat menikahkan dia dengan sang pangeran dengan syarat bahwa pangeran tersebut harus menjaga keselamatan warga di sekitar gunung merapi. Sebelum pernikahan berlangsung, gadis ini membagikan sembago kepada warga sekitar serta membangun sebuah candi yang terdapat ukiran tentang kisah cintanya bersama pangeran.Pernikahan pun berlangsung selama 7 hari 7 malam. Sebagi puncak dari kegiatan-kegiatan yang telah diceritakan, ada satu kegiatan yang menjadi kegiatan penutup, yaitu pentas seni. Pentas seni diadakan pada hari Kamis malam(17/12). Dalam kegiatan itu diadakan acara pelepasan atau penyerahan para siswa, dari tim edukasi kepada pihak sekolah. Tak hanya itu, kami menampilkan berbagai atraksi seperti menyanyi, menari, drama bahkan sulap.Malam itu menjadi malam terakhir kami beristirahat di desa-desa itu. Pagi harinya, Jumat (18/12) sekitar pukul 07.30 kami mulai berpamitan dengan orang tua asuh kami.Tak sedikit dari kami yang merasa sedih bahkan menitikkan air mata kala berpamitan. Selama seminggu kami telah tinggal disana, berbaur dan menjadi bagian dari keluarga mereka dan rasanya berat untuk berpisah. Namun mau tidak mau, suka tidak suka, bus kami harus berangkat pada pukul 08.00 agar sampai di Bogor kembali sesuai dengan jadwal. Live in ini menjadi pengalaman yang sungguh tak terlupakan. Dari Live In, kami tak hanya belajar tentang kesederhanaan tapi kami juga menghargai pentingnya sebuah proses untuk menghasilkan sesuatu yang nantinya akan berguna tak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi anak cucu kami kelak. Dari Live In banyak ajaran yang kami dapat, yang tidak dapat kami penuhi di kota. Karenanya tak heran bila desa yang selamalima hari menjadi rumah kami adalah “Universitas Kehidupan” (Anggi)