KompasMuda | Nov 26, 2016 Kelompok Sick as Monk asal Kota Bogor memeriahkan acara pentas seni atau pensi Utopia Festival yang diadakan SMA Regina Pacis Bogor di kompleks Tennis Indoor, Bogor Lakeside, Sabtu (19/11). Acara pensi semacam ini bisa jadi ajang mencari pendengar bagi band baru. Kompas/Herlambang Jaluardi Pentas seni di sekolah atau kampus tak bisa lepas dari sajian musik. Ajang ini bisa jadi pijakan awal perjalanan karier sebuah band. Setelah tenar, sebagian dari band itu tetap rajin main di depan anak sekolahan yang haus hiburan. Naif adalah salah satunya. Naif mengajak seribuan penonton melakukan aksi yang sedang heboh di jagat media sosial saat ini: mannequin challenge. Aksi membisu bak manekin itu baru pertama kali mereka lakukan, dan pentas yang beruntung jadi tuan rumah adalah Utopia Fest, acara pensi tahunan besutan SMA Regina Pacis, Bogor, Sabtu (19/11) lalu. ”Oke, biar kekinian, kita bikin mannequin challenge yuk. Belum ada, kan, band yang begini di panggung,” ajak David di sela-sela lagu ”Aku Rela”. Seribuan penonton, rata-rata usia SMA, bersorak kegirangan. Mereka beringsut mendekati panggung, keluar dari naungan atap lapangan tenis, membiarkan kepala mereka tertimpa sisa gerimis. David kasih aba-aba supaya gerakan bisa berhenti serentak. Bukan cuma kepada penonton, tetapi juga kepada Emil (bas), Pepeng (drum), dan Jarwo (gitar). Ketika aba-abanya tiba, gerakan mereka membeku. Jejeritan berhenti. Arena panggung mendadak senyap. Namun, enggak sampai semenit, kemeriahan pecah lagi. Naif adalah salah satu band yang tampil di Utopia Fest di arena Tenis Indoor, Bogor Lakeside. Setelah penampilan segar dari om-om asal Jakarta itu, Maliq & D’Essentials menggoyang hadirin dengan lagu pop yang bernuansa jazz dan soul. Acara itu lantas ditutup dengan racikan musik elektronik DJ (disc jockey) Tiara Eve. Utopia Fest dimulai sejak siang. Sebelum Naif, beberapa band sekolahan di Bogor bergantian tampil, seperti Irridium, Elucidator Project, Chemistree, dan Hipster Flamingos. Beberapa band itu memainkan musik serupa dengan Maliq & D’essentials; musik yang menyenangkan dan bisa dibuat goyang. Ada juga aksi kelompok Sick as Monk yang beranggota tiga DJ dan band Storylite yang memainkan lagu beken, seperti ”Closer” milik duo DJ The Chainsmokers. Pemain gitar Fajar Endra Taruna alias Jarwo tampil bersama bandnya, Naif, dalam pentas seni Utopia Festival garapan SMA Regina Pacis Bogor di kompleks Tennis Indoor, Bogor Lakeside, Sabtu (19/11). Band asal Jakarta ini adalah salah satu band yang kerap tampil di acara pensi pelajar dan mahasiswa. Mereka bertahan karena berhasil menciptakan rentang pendengar yang lebar, mulai dari pelajar hingga karyawan. Naif terbentuk tahun 1995 dan bersiap meluncurkan album ketujuh. Kompas/Herlambang Jaluardi Teori Jimi Sepertinya, acara pensi hampir selalu diwarnai musik yang cenderung ceria dan mengajak goyang. ”Anak-anak sekolah suka dengan musik yang bisa membuat mereka berjoget karena energi mereka besar, dan mereka belum boleh masuk diskotek. Makanya, band disko atau disc jockey laris diundang di pensi,” kata Jimi Multhazam, pentolan band The Upstairs. Pada pertengahan dekade 2000-an, The Upstairs adalah band disko/new wave yang laris jadi bintang tamu pensi. Tak cuma di Jakarta, mereka juga main di acara sekolahan sampai kota Jambi dan Makassar. Saking larisnya, mereka pernah main di empat acara dalam satu hari di sekitar Jabodetabek. The Upstairs, si raja pensi ini, sangat dicintai anak sekolahan. Mereka punya lagu ”Dansa Akhir Pekan” di album kedua Energy (2006). Lagu itu menceritakan perjuangan anak sekolah demi bisa menonton pensi yang umumnya hari Sabtu atau Minggu. Begini cukilan liriknya: enam hari berseragam/rambutku tlah mereka hancurkan/menyita ragam cerita, jelas sekali ku diredam//. Menurut Jimi, karakter penonton pensi dengan penonton festival musik, semisal Synchronize Fest atau Java Jazz, berbeda. Penonton pensi umumnya bakal tertarik dengan siapa pun penampilnya selama punya aksi dan tata panggung yang memikat. Makanya, sebagai vokalis, ia punya tugas memaku perhatian penonton pada panggung. Teori Jimi masuk akal. Band Naif dan Maliq & D’Essenstials juga punya aksi panggung yang memukau. Angga dari Maliq punya goyangan badan aduhai dalam mengikuti irama. David dari Naif punya banyolan dan gestur yang mengundang tawa. Jarwo, pemain gitar yang kalem, sering beraksi mengangkat kepala gitar ke udara di bagian solo, seperti Slash. Band lebih tua Bisa jadi penampilan sedemikian membuat Naif rajin diundang menyemarakkan pensi sekolahan. Padahal, usia band yang kini memasuki 21 tahun lebih tua dibandingkan rata-rata penonton sekolahan. Lagu ”Piknik ’72”, yang menjadi lagu pembuka malam itu, bisa jadi sama umurnya dengan kebanyakan penonton Utopia Fest. Lagu itu keluar di album perdana Naif, 18 tahun lalu. Penonton hafal juga lagu ”Posesif” yang masuk di album kedua Jangan Terlalu Naif (2000) memunculkan koor panjang ”mengapaaaaa aku beginiiii….” David berulang kali menyodorkan mik ke arah penonton, yakin penonton bakal ikut nyanyi. Dugaan David benar. ”Kami juga bingung, kenapa sering banget main di pensi sekolahan. Jangankan SMA, SMP juga ada yang ngundang,” kata Emil, pemain bas. Ia cerita, dulu di tahun-tahun awal Naif sering main di acara komunitas indie. ”Yang nonton banyak anak SMA juga,” ujarnya. Karena itu, mereka mulai sering main di acara kampus dan menyusul di sekolahan hingga sekarang. Jika melihat jadwal manggung mereka dalam rentang dua pekan, pasti menyelip satu atau lebih pentas di sekolahan atau kampus. Emil terkenang, Naif pernah main di sebuah SMA di Makassar pada masa awal mereka terbentuk. Sekitar setahun lalu, mereka diundang lagi ke sekolah itu. Ternyata, salah seorang panitianya adalah anak dari panitia yang dulu. Beberapa sekolah di Jakarta menjadi langganan panggung Naif. ”Kayaknya smansa (SMA negeri satu) di semua provinsi di Indonesia udah pernah didatengin, deh, ha-ha-ha,” kata Emil, yang sekarang sering dipanggil ”Om” oleh panitia pensi sekolah ini. Emil senang main di acara sekolahan yang panitianya murid sendiri. Menurut dia, para panitia bekerja bukan dilandasi motif bisnis, melainkan benar-benar ingin mengharumkan nama sekolah. Makanya, ada beberapa persyaratan band (riders) yang bisa ditawar, misalnya urusan penginapan. ”Pernah juga kami sudah datang di lokasi, ternyata badai. (Kami) enggak bisa manggung. Mereka kecewa. Kami tawarkan acara berikutnya boleh manggil Naif lagi enggak usah bayar penuh, cukup untuk crew aja,” kata Emil. The Upstairs juga punya pengalaman seru main di acara pensi yang enggak ada sponsor. Bayaran band diambil dari penjualan tiket. ”Jadi, uang bayarannya pakai recehan, lima ribuan, sepuluh ribuan. Itu juga masih kurang beberapa juta. Mereka ngumpulin ponsel panitia sebagai jaminan. Ada empat kresek isi ponsel kami bawa. Gue terharu,” kata Jimi. Herlambang Jaluardi (dikutip dari KompasMuDA, 25 November 2016)
Live In 2016 SMA Regina Pacis Bogor mengadakan program Live In yang sudah berjalan dari tahun ke tahun. Live In merupakan salah satu kegiatan edukasi yang bertujuan untuk membangun karakter para peserta didiknya melalui kehidupan sosial di desa. Untuk SMA Regina Pacis Bogor, Live In diikuti oleh siswa kelas 11 selama kurang lebih seminggu. Kegiatan Live In pada tahun ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya karena untuk pertama kalinya sekolah memilih Wonosari, Jawa Tengah untuk menjadi tempat Live In tahun ini. Berikut ini kami berikan tata tertib Live In tahun 2016. TATA TERTIB PESERTA LIVE IN SMA REGINA PACIS BOGOR 2016 Acara Live In bersifat wajib dan setiap siswa mengikuti seluruh kegiatan Live In secara utuh, serta menaati peraturan yang diberlakukan. (kecuali dalam keadaan sungguh sakit) Berpakaian, bertutur kata dan berperilaku yang sepantasnya dan memiliki sopan santun. Menjaga kesehatan, keselamatan, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Selalu berada bersama rombongan, dan disiplin waktu untuk berkumpul kembali, terutama selama perjalanan, dan di tempat umum atau dikerumunan massa. Menjaga barang-barang berharga secara pribadi dan saling menjaga satu sama lainnya. Hanya mengikuti acara yang diagendakan sekolah selama proses Live In: keberangkatan, di tempat Live In dan kepulangan. Jika terjadi masalah harus segera melaporkan dan konsultasi dengan guru pendamping, fasilitator dan orang yang dapat dipercayai lainnya. Jika terdapat ketidaknyaman mengenai kamar kecil bisa menumpang di tempat tinggal teman terdekat. Dilarang bermain berlama-lama, apalagi bermalam di rumah tinggal teman, baik selingkungan, atau di lain lingkungan. Setiap peserta Live In, Guru pendamping, dan fasilitator, belajar menerima situasi dan kondisi lokasi Live In. Dilarang mengendarai kendaraan bermotor di lokasi Live In, semata-mata demi menjaga keselamatan. Menjaga rasa kebersamaan, persatuan dan persaudaraan, baik terhadap sesama peserta Live In, guru pendamping, fasilitator, dan masyarakat setempat. Wajib mengikuti acara kegiatan bersama yang diagendakan oleh sekolah dan fasilitator, maupun masyarakat. Tiap peserta Live In yang tidak mengikuti proses perjalanan pulang ke Bogor, harus membuat surat yang ditandatangani Orang Tua/Wali Murid, dengan keterangan yang jelas, dan diserahkan kepada Ketua Panitia Live In 2016. Siswa petugas presensi penumpang Bus harus selalu checking kelengkapan keanggotaannya. Memimpin Doa menjelang keberangkatan dan kepulangan pada setiap bus menjadi tugas siswa yang ditunjuk oleh Panitia Guru Siswa petugas konsumsi yang ditunjuk mengambil, membagikan makanan dan minuman, bagi seluruh penumpang per Bus. Suswa yang diberikan tugas P3K dapat melayani teman-teman di setiap Bus, yang sedang mengalami sakit, dalam pendampingan guru. Handphone selama proses Live In berlangsung akan dikumpulkan kepada Guru pendamping lingkungan, dan akan dibagikan kembali pada malam terakhir perpisahan. Kamera dan alat elektronik lainnya menjadi tanggung jawab secara pribadi. Dilarang keras merokok, membawa dan minum minuman keras, narkoba, pergaulan bebas, dan segala bentuk pencemaran nama baik sekolah, keluarga, di seluruh proses Live In. Merefleksikan nilai-nilai yang berharga untuk kehidupan baik secara pribadi, maupun bagi sesama, dan lingkungan hidup secara utuh, yang didapatkan melalui kegiatan Live In. Peraturan diatas dibuat agar sekiranya seluruh peserta Live In dapat mengikuti proses kegiatan tersebut dengan baik sehingga tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi selama proses kegiatan Live In tahun 2016. Nantinya apabila terdapat peserta Live In yang melanggar maka akan diberikan sanksi dari pihak sekolah. Peserta Live In akan dibagi dalam 7 bus untuk keberangkatan menuju ke Wonosari, Jawa Tengah. Dari setiap bis itu akan dibagi kedalam beberapa lingkungan di desa yang berbeda. Setiap desa dan lingkungan memiliki guru pendamping yang ikut tinggal bersama dengan mereka, membantu dan mengikuti pula prosesi Live In kami. Apabila memerlukan bantuan selama berlangsungnya Live In dapat menghubungi guru pendamping atau fasilitator. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 13 Desember 2016, nantinya para peserta akan diberangkatkan dari Lapangan Parkir SD Regina Pacis pada pukul 12:00. Para peserta diharapkan sudah berkumpul pada pukul 11:00 untuk absensi dan akan didata barang bawaan, oleh-oleh dari Bogor, dll agar tidak terjadi kehilangan barang bawaan atau peralatan lainnya yang dibawa selama Live In. Apabila siswa sudah standby sebelumnya, dapat menunggu di kelas masing-masing. Beberapa barang yang perlu dibawa: Pakaian dan celana selutut secukupnya Sarung Perlengkapan mandi Obat-obatan pribadi Baju hangat dan jas hujan Senter ATK Topi/payung lipat Sendal jepit Sepatu 2 buku cerita Berikut ini akan kami berikan pula daftar peserta Live In dalam setiap bus. (klik kanan/tahan gambar > open image in new tab) Bus 1 Bus 2 Bus 3 Bus 4 Bus 5 Bus 6 Bus 7 Semoga kegiatan Live In tahun 2016 dapat berjalan dengan lancar! Nantikan kabar kami tentang Live In berikutnya dan pantau terus website kami ya!